Bismillahirrahmanirrahiim. #birthstory
โDan apabila Allah menimpakan kepadamu suatu bahaya maka tidak ada yang bisa menyingkapnya selain Dia, dan apabila Dia menghendaki kebaikan bagimu maka tidak ada yang bisa menolak keutamaan dari-Nya. Allah timpakan musibah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.โ (QS. Yunus: 107)
Setiap kehamilan dan persalinan itu istimewa.
Selama lebih dan kurangnya sembilan bulan lamanya, Allaah berikan waktu seorang (ibu ataupun calon ibu) untuk mempersiapkan persalinannya.
Tidak ada yang meragukan Allaah, sebagai sebaik-baik pengatur dan perancang kehidupan mahlukNya.
Pun ketika ada seorang wanita hamil yang ketika usia kehamilannya masuk ke usia 20 minggu, Allaah berikan ujian berupa patah tulang paha bagian atas dekat panggul.
Innalillahi wa innailahi roji’un.
Qadarullah wa ma sya’a fa’al..
Alhamdulillah atas segala yang telah terjadi, yang telah ditakdirkan Allaah pasti terjadi.
Tulang paha ibu hamil itu Allaah takdirkan untuk patah dan pilihannya sang ibu harus ikhlas dengan keadaannya untuk tidak bisa berjalan. Tetapi Allaah menakdirkan bayi yang dikandungnya sehat, kuat dan tetap lincah. Maa syaa Allah..maa syaa Allah..maa syaa Allah.
Semudah itu dan semungkin itu takdir Allaah berjalan. Tidak ada yang terlalu cepat ataupun lambat.
Kehamilan 20 minggu hingga persalinan yang harus dijalani dengan keadaan :
hanya berbaring di tempat tidur sambil menahan nyeri tulang yang baru patah, mulai bisa bergerak ke kanan dan ke kiri meskipun tetap di tempat tidur, perlahan bisa duduk, hingga perlahan bisa berdiri dan berjalan dengan tongkat.
Terlontar sebuah pertanyaan dari kawan jauh si ibu “Nanti kamu gimana dong lahirannya? Harus operasi ya lahirannya?”
Dengan penuh ketawakalan, haqqul yakin sang ibu menjawab “ketika Allaah sudah titipkan bayi ini di rahimku, in syaa Allaah sudah Allaah siapkan pula cara bayi ini kelak keluar, bisa lahiran normal, dengan izin Allaah.”
Alhamdulillah.. Alhamdulillah.. Alhamdulillah.
Bayi yang dijaga Allaah itu pun semakin besar di dalam perut ibunya, semakin kuat dan lincah.
Ibu sangat sadar bahwa keimanan dirinya naik dan turun. Imannya berbanding lurus dengan intensitasnya ber’khalwat’ dengan Allaah.
La hawla wa la quwwata illa billah.
Asupan jasmani maupun rohani selalu dipastikan dalam kadar yang tepat.
Olahraga sangat minim dilakukan, mengingat berjalan pun masih tertatih dengan bantuan tongkat dan perutnya semakin membesar.
Alhamdulillah Allaah kelilingi si ibu dengan para keluarga, sahabat dan juga calon penolong persalinan yang (in syaa Allaah) shalih dan shalihah.
Selalu menguatkan si ibu dengan bahasa keimanan. Dengan untaian ikhlas indahnya doa-doa.
Suatu waktu, disaat panik di awal kaki patah, begitu banyak judgements dari berbagai pihak ..si ibu bertanya kepada seorang bidan tentang kemungkinannya melahirkan dengan persalinan normal.
“Ummi, apa Saya bisa melahirkan secara normal?” Saat itu mengetik sambil berderai airmata ๐ญ.
~
“In syaa Allah mba, Allaah sudah mempercayakan seorang bayi di rahim mba, in syaa Allaah jalan lahirnya sudah disiapkan sesuai yang Allaah kehendaki. Ada seorang yang (maaf) memiliki disabilitas sejak lahir saja bisa kok normal.”
Pernah pula suatu ketika dalam kegundahan, si ibu bertanya “Bidan, Saya harus olahraga apa dong?”
Padahal si ibu tahu dalam kondisinya tidak banyak yang dapat dia olah secara raga ๐
(Saat bertanya itu kehamilannya masuk trimester tiga awal)
Dengan tenang bidan itu menjawab “nggak perlu bu, ibu hanya perlu banyak istirahat dan terus mendekat pada Allaah, alhamdulillah kondisi ibu dan adik bayi sehat.”
Nyesss..maa syaa Allah.
~
Baiklah. Cukup berbagai pertanyaan dan kekhawatiran. Saatnya meningkatkan intensitas “bicara” dengan Allaah semata.
Isi pikiran dengan nutrisi positif.
Bacaan HANYA yang positif.
Mendengarkan juga HANYA yang positif.
Apalagi LISAN.
…
Allaah ya, kalau ingin mengajarkan sesuatu hal, begitu hebat caranya.
Diasah kembali level tauhid seorang ibu hamil.
Maha Pencemburu katanya Allaah itu?
Tidak ingin diduakan oleh seorang mahluk atau hal apapun.
~
Hingga tiba waktu itu, sekitar sebulan yang lalu pukul 1 dini hari, si ibu merasa “this it! Waktunya buat lahiran”
Dengan kondisi berpeluh sambil menahan gelombang cinta yang sesekali muncul. Lembut, tapi pasti..๐๐
(buat yang sudah pernah melahirkan pasti membaca ini mulai agak mules #sotoy ๐ ๐คญ)
“Ayo Ba, kita pergi ke bidan”
Ujar si ibu membangunkan suami tercintanya.
“Lho memang sudah mau lahir?”
…
“Justru karena masih proses ayo kita jalan sekarang, aku order gokar ya..jangan sampai seperti persalinan kedua mau brojol di mobil.” ๐
…
“Ya sudah”
…
Sekitar hampir pukul 2 dini hari, melihat aplikasi gokar nggak ada Mobil yang terlihat sama sekali.
Astaghfirullah..kok nggak ada ya..gumam si ibu dalam hati..ya Allaah mudahkan.
Beberapa detik setelah doa tersebut dibatin si ibu, muncul lah notifikasi dari Pak sopir dan tidak lama sopirnya menelfon.
“Bu, sebentar, sabar, tahan ya bu saya akan antar ke Rumah Bidan Rina.”
…
Wow Pak sopir cekatan sekali…
Bahkan tujuan kemana ibu itu ingin pergi seperti sudah sangat familiar untuk beliau,
gumam si ibu.
~
Diperjalanan, suami ibu hamil memulai percakapan dengan Pak sopir yang baik hati itu.
“Jam segini masih on ya Pak?
…
“Sebenarnya Pak, Saya nggak biasa gokaran jam segini sebenarnya. Ini Saya iseng nyalakan aplikasi sambil isi bensin.
Saya baru pulang antar turis ke Bromo. Hanya karena tujuannya kok Rumah Bidan Rina, Saya pikir pasti ibu ini mau lahiran. Kebetulan istri Saya sedang hamil dan berencana melahirkan di tempat yang sama. Semoga ini menjadikan istri Saya nantinya lancar, mudah bersalinnya.”
Kisahnya ditutup dengan doa.
Maa syaa Allah. Rencana indah Allaah apalagi yang mau diragukan?
“Kami juga nggak biasa order gokar sedini ini Pak, memang sudah takdir Allaah ingin pertemukan Kita.”
~
Berlanjutlah Pak sopir dan Pak suami berbincang, tepatnya Pak sopir yang baik hati itu berbagi seputar kehamilan pertama istrinya. Mulai dari perjalanan trimester pertama hingga akhirnya sebentar lagi akan melahirkan. Sambil sesekali melontarkan pertanyaan ke ibu hamil “bu, gimana sih rasanya mau melahirkan?”
~
“Rasanya seperti yang saya rasakan sekarang Pak, seru..๐ perut mengencang, ada gelombang cinta yang sulit digambarkan tapi nikmat dirasa.”
~
Hampir tiba di Rumah Bidan..
*Gedubrak**
Pak sopir yang baik hati tidak lihat ada ‘polisi tidur’ yang tinggi, alih-alih ngerem, beliau malah ngegas.
—sempat hening sejenak—
“Bu Saya minta maaf ya, barusan nggak lihat, ada polisi tidur, kalau istri Saya pasti sudah ngomel..alhamdulillah ibu tenang.”
~
“Pak, Saya sudah nggak sanggup ngomel, sudah makin seru kontraksinya, Pak”
Jawab si ibu sembari memegangi perut besarnya.
~
“Mohon maaf bener ya bu, Saya doakan gajlugan tadi bikin persalinan makin lancaaarr”
~
“Aamiin, terima kasih Pak. Semoga nanti persalinan istri Bapak juga Allaah mudahkan.”
Tutup si ibu mengakhiri perjumpaan dengan Pak sopir baik hati karena sudah tiba di Rumah Bidan Rina.
…
Rumah terlihat sepi ketika itu, hanya ada seorang nenek yang menunggu cucunya yang baru lahir.
“Mbaknya mau lahiran, a? Biar Saya bantu bangunkan bidannya, baru saja istirahat, anak Saya habis lahiran.”
~
“Nanti dulu bu, Saya masih bisa tahan, biar istirahat dulu para bidannya, pasti lelah..”
~
Ketika rasa gelombang cinta itu semakin penuh cinta, si nenek yang ditemui tadi pun membantu untuk membangunkan salah seorang bidan.
…
“Alhamdulillah sudah pembukaan 7, mba..”
Ujar bidan itu setelah memeriksa ibu hamil.
~
“Alhamdulillah..Saya pinjam birth ballnya lagi ya Bidan, semoga memudahkan ke pembukaan 10.”
~
“Nggih mba, silakan”
~
Tak lama adzan subuh berkumandang.
“Dek, Kita shalat subuh dan dzikir pagi dulu yuk”
Ujar si ibu kepada adek bayi sambil mengelus perutnya.
…
Usai dzikir pagi, rasa pertanda persalinan akan segera terjadi semakin menguat.
Sambil masih berada di atas birth ball si ibu berucap pada kedua bidan yang sejak selesai shalat subuh terus mendampinginya.
“Bidan, sepertinya sudah beneran mau lahiran, udah mules banget”
~
“Mba masih bisa berjalan ke ruang persalinan atau mau di kamar ini saja bersalinnya?”
~
“In syaa Allah masih kuat. Bismillaahirrahmaanirrahiim.”
Sambil berjalan menuju ruang persalinan dibantu dengan tongkatnya, si ibu sempat terhenti beberapa kali. Berusaha keras menahan kontraksinya yang semakin dahsyat.
Hingga sampai di depan pintu ruang bersalin.
“Ayoooo umma, jangan takut, masuk aja umma, ada kakak kok disini.”
Ujar supporter kecil, anak pertama ibu hamil itu, menyemangati.
Langkah si ibu benar-benar terhenti. Bukan karena tidak berani masuk ruang bersalin seperti sangkaan putra pertamanya ๐
Tapi kali ini si ibu benar-benar berjuang antara ingin melangkah masuk, menahan bayi agar tidak jatuh seketika dan mengikuti dahsyatnya gelombang cinta untuk mengejan.
Tak kuasa lagi bicara, hanya sederet kalimat Allaah yang kuasa dilantunkan dengan lirih. Berdiri, pegangan tongkat, dan …
*BRUGH!**
ALHAMDULILLAH..ALLAHU AKBAR!
Hamba Allaah telah mendarat dengan sempurna sesuai gaya gravitasi bumi๐ bersamaan dengan pecahnya ketuban.
Maa syaa Allah..ini ternyata skenario yang sudah Allaah siapkan jauh-jauh hari. Sekali mengejan dan bayi istimewa itu ‘bungee jumping’. ๐
Suasana ba’da subuh di hari itu sangatlah elok bercampur haru dengan tangis seorang bayi yang Allaah kirim untuk memberikan pelajaran besar tentang tauhid dan ketawakalan. Khususnya untuk seorang ibu yang telah mengandungnya selama 39 minggu.
Ya Allaah, jadikan hati-hati kami bersyukur, terus bersujud akan segala nikmat yang Engkau beri, bersabar juga ikhlas akan segala ujian yang juga Engkau beri.
Sungguh semuanya bersifat sementara sebagai bekal amal menuju yang kekal.
Engkau Ya Allaah, Maha Pembalas segala kebaikan, jadikan segala kebaikan orang-orang yang menguntai indah doanya, juga yang telah membantu persalinan ibu, sebagai pemberat timbangan amal shalih mereka.
Jazaakunnallahu khayran katsiran team Rumah Bidan Rina, Yulis Indriana , Hilma Maulida, Bidan Restu, Bidan Fardhan, Bidan Siti. Ummi Mugi Rahayu yang sudah mau direpotkan dengan berbagai pertanyaan ‘kepanikan’ pasca fraktur, Bidan Asihsukarsih, Bidan Nevy (klinik DaQu, Malang) ๐
Mohon maaf tidak mentagged semuanya, in syaa Allah kebaikan kalian sudah di “tagged” oleh yang Maha Mengetahui.
Baarakallahu fiik,
#tulisanumma
#AbdullahKareemNasrullah
#birthstory
#kisahpersalinan
#bersalinsambilberdiri
#persalinantanpamengkhawatirkanrasasakit
#jummuahmubarakah