Menu Close

Raffi Ahmad dan Kaesang Pangarep membeli klub bola daerah. Apa saja potensi keuntungannya?

Sejumlah peserta mengikuti festival sepak bola ‘Juggling’ di Bogor, Jawa Barat, Minggu (4/4/2021). Antara Foto

Langkah artis Raffi Ahmad dan dan putra presiden Joko “Jokowi” Widodo, Kaesang Pangarep, membeli klub sepak bola membuat gaduh masyarakat. Pasalnya, mereka akan mengucurkan dana hingga ratusan miliar rupiah di tengah krisis ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.

Raffi bersama dengan pengusaha Rudy Salim, dan Dony Oskaria yang juga wakil direktur utama Garuda Indonesia membeli klub sepakbola divisi 2, Cilegon United, dan mengubahnya menjadi bernama Rans Cilegon FC, dengan rencana investasi sebesar Rp 300 miliar.

Sementara itu, Kaesang membeli 40% saham klub sepak bola kampung halamannya yaitu Persis Solo. Sayangnya tidak diberitakan berapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli saham tersebut.

Saya melakukan riset tentang dampak ekonomi dan sosial kompetisi sepak bola Indonesia yang menunjukkan bahwa industri sepak bola Indonesia memang cukup menjanjikan.

Riset terbaru saya menunjukkan bahwa industri sepak bola Indonesia bisa menciptakan kegiatan ekonomi bernilai Rp 3 triliun selama setahun, mulai dari pertandingan di stadion, siaran langsung di televisi, dan penjualan merchandise atau pernak-pernik .

Sumber pemasukan yang beragam

Dari sisi ekonomi, produk akhir dari industri olah raga sepak bola ada dua, yaitu acara tontonan di stadion dan acara siaran pertandingan di televisi.

Untuk produk akhir berupa hiburan tontonan stadion, perputaran uangnya ada di industri sewa stadion, pembelian tiket, transportasi, dan biaya makan minum penonton, serta kostum dan pernak-pernik.

Pada masa sebelum pandemi, untuk nilai ekonomi tontonan stadion ini saya memperkirakan total nilai ekonominya tidak terlalu besar, yaitu Rp 300 miliar satu musim kompetisi untuk liga utama saja, belum termasuk liga level yang lebih rendah.

Sementara untuk produk akhir yang berupa hiburan tontonan televisi, perputaran uangnya ada di industri penyiaran, periklanan dan teknologi informasi.

Baik iklan untuk penyelenggara kompetisi, iklan pada stasiun televisi dan sponsor klub, nilainya total mencapai Rp 1,4 triliun. Nilai ini masih dapat meningkat tiga kali lipat jika kompetisi kembali bergulir dan dikelola dengan profesional dan menarik.

Sebagai perbandingan, pada 2019 lalu harga hak siar tiap pertandingan Liga Indonesia berkisar Rp 42 juta, sedangkan untuk Liga Inggris [berkisar Rp 130 juta](https://www.panditfootball.com/212896/kenapa-hak-siar-liga-inggris-mahal), sekitar tiga kali lipatnya.

Asumsi nilai industri sepak bola nasional. Author provided

Kedua kegiatan tersebut akan mengerek sektor-sektor perekonomian lain yang mendukungnya seperti, jasa telekomunikasi, perdagangan, penyiaran, makanan, dan lain-lain, yang dalam ilmu ekonomi biasa disebut sebagai dampak pengganda ekonomi.

Belakangan muncul dua produk lain yang menjadi sumber pemasukan bagi industri sepak bola, yang tadinya adalah bagian dari dua produk di atas, tapi belakangan menjadi terpisah dan berdiri sendiri.

Yang pertama adalah bisnis merchandise yang dahulu dipakai orang untuk pergi ke stadion tetapi sekarang tidak terbatas pemakaiannya, bahkan cenderung untuk lifestyle atau gaya hidup.

Contoh paling simpelnya adalah kaos atau jersey klub sepak bola.

Jika misalnya rata-rata harga kostum klub domestik Rp 500 ribu, dan diandaikan klub tersebut memiliki fanbase atau penggemar yang berjumlah 200 ribu orang, maka dari kaos saja sudah ada potensi sebanyak Rp 100 miliar.

Selain itu, produk kedua lainnya adalah bisnis pendukung kompetisi, seperti bisnis sekolah sepak bola.

Dahulu, bisnis sekolah sepak bola adalah bagian dari rantai produksi pemain suatu klub, tetapi sekarang telah berkembang menjadi kegiatan keluarga kelas menengah yang senang anak-anaknya punya kegiatan positif.

Ini pun berpotensi menjadi sumber pendapatan bagi klub. Raffi dan investor lainnya pun telah melihat potensi besarnya dengan berencana membangun akademi dan sekolah sepak bola di daerah Jakarta Utara.

Incar keuntungan jangka panjang

Para influencer yang menjadi investor seperti Raffi dan Kaesang jelas mengincar potensi bisnis jangka panjang pasca pandemi.

Pada saat pandemi banyak klub mengalami kesulitan keuangan karena pandemi COVID-19 membuat kompetisi tidak bisa berjalan karena pembatasan sosial. Para pemilik klub kemungkinan bersedia melepas klub dengan murah, maka ini adalah kesempatan yang ditangkap oleh para investor.

Dalam jangka panjang, keterlibatan influencer sebagai pemilik dapat berdampak positif pada klub. Klub dapat memperluas fanbase atau penggemar di luar pendukung tradisional di daerah, dan meningkatkan nilai iklannya.

Seperti halnya Raffi Ahmad yang menyelenggarakan peluncuran klub barunya dengan meriah dan menarik perhatian, termasuk dengan datang menggunakan mobil super Lamborghini Huracan berwarna merah. Semua ini menarik perhatian publik, bahkan yang bukan penggemar klub bola tersebut.

Dengan pemilik yang memiliki dana memadai, kita juga berharap ada dampak positif yaitu munculnya klub-klub mapan yang akan menjadi motor kompetisi.

Kita tidak bisa pungkiri semua liga dunia yang sukses pada dasarnya punya beberapa klub super dengan kekuatan finansial besar yang menjamin daya tarik dan keberlanjutan kompetisi. Seperti Real Madrid dan Barcelona di Spanyol, serta Manchester City, Manchester United, Liverpool dan Chelsea di Liga Inggris.

Want to write?

Write an article and join a growing community of more than 181,800 academics and researchers from 4,938 institutions.

Register now