Mohon tunggu...
Mgs. Fisika Fikri
Mgs. Fisika Fikri Mohon Tunggu... Administrasi - Orang yang punya seabrek mimpi :D

Lakukanlah sesuatu yang kau sukai maka kau tak akan merasakan berkerja sehari pun (Confucius) Membaca dan menulis adalah dua hal yang kusukai.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Meja Makan

12 Juni 2020   23:25 Diperbarui: 12 Juni 2020   23:17 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semua cair di meja makan itulah sebuah kelebihan dari bangsa kita. Meskipun ada goresan di dalam hati akan tetapi di saat makan semua melemparkan senyum melepaskan canda tawa sambil mengunyah hidangan di meja makan. Bahkan solusi-solusi yang tidak bisa diselesaikan dalam meja rapat justru bisa selesai di saat makan bersama. Hal ini pernah dilakukan Presiden Joko Widodo dalam menyelesaikan permasalahan dengan Pedagang Kaki Lima (PKL) di kala menjadi Walikota Kota Solo. Bahkan kebiasaan ini dilanjutkan saat beliau menjadi presiden dengan mengundang tamu-tamu yang berpengaruh pada kebijakan pemerintah.

Namun artikel kali ini tidak membahas permasalahan tentang perpolitikan. Meskipun artikel kali ini sangat berkaitan dengan politik. Karena seyogyanya politik adalah suatu alat positif yang dikaji melalui pemikiran-pemikiran berserta pertimbangan-pertimbangan untuk menetukan langkah selanjutnya. Masalah langkah yang diambil melanggar norma-norma yang ada itu dikembalikan kepada para pelakunya sendiri. Kembali lagi pada suasana makan bersama yang mencairkan suasana ini menadakan jika permasalahan yang sedang diperdebatkan belum dicerna dengan baik seperti  kita mengunyah makanan.

Ditambah lagi dengan suasana kemarahan dan merasa paling benar menambah ruwetnya sebuah permasalahan. Padahal dengan duduk bersama tanpa batasan seperti saat menyantap hidangan batas-batas itu  hilang. Tentu seseorang tidak mau mengganggu selera makannya sendiri dengan terus membatasi diri dengan hati yang penuh amarah. Pada saat makan juga seseorang akan lebih hati-hati mendengarkan lawan bicaranya karena jika tidak maka kita akan tersedak dan justru menjadi masalah baru. 

Dari meja makan kita belajar bahwa kita perlu memposisikan diri kita menjadi orang lain. Coba saat kita ingin menyampaikan suatu gagasan atau pendapat terhadap sesuatu cobalah kita memposisikan diri sebagai orang lain yang ada di dalam diskusi tersebut. Dari situ maka akan ada sudut pandang lain yang akan menambah kuat alasan kita perlu menyampaikan pendapat. Percayalah, cara seperti ini tidak akan membuat diri kita menjadi orang yang lembek namun sebaliknya akan muncul kebijaksanaan baru. Ditambah lagi karakter bangsa kita memang sudah terbentuk untuk saling tolong-menolong. Karakter seperti inilah yang tidak dimiliki dari bangsa manapun bisa jadi  alasan masih ada kerumunan saat PSBB juga dikarenakan masyarakat kita tak tahan untuk berjumpa dan menyapa kerabat dan teman sejawat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun