Muhammad Fauzan Maulana : “Pantang Pulang Sebelum Menang”

Lahir dan besar di keluarga pesepak bola membuat Fauzan telah mengenal sepak bola sejak umur 5 tahun. Berawal dari ajakan ayah dan kakeknya untuk ikut pergi ke lapangan dan melihat pemain sepak bola secara langsung, hingga memunculkan hasrat keinginan pada dirinya untuk mengenal sepak bola lebih mendalam. Sejak saat itu, Fauzan mulai diarahkan untuk bermain sepak bola dan memulai kariernya sebagai pesepak bola di Sekolah Sepak Bola (SSB). Rasa senang dan nyaman yang ditimbulkan ketika dirinya bermain sepak bola, membuat Fauzan menemukan pilihan yang tepat bagi dirinya dan menekuninya sampai dengan saat ini.

Muhammad Fauzan Maulana Putra Dino, atau lebih akrab disapa Fauzan adalah seorang remaja 19 tahun yang telah memiliki segudang prestasi dalam dunia olahraga, terutama di bidang olahraga sepak bola. Usia muda bukan menjadi penghalang baginya untuk selalu berusaha dalam menggapai cita-cita yang dia inginkan. Bahkan saat ini, dirinya telah terpilih untuk mengikuti pelatihan sepak bola di Turki. Sembari merintis kariernya dalam sepak bola, Fauzan juga sedang mengemban ilmu di program studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga (PKO) Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Kehebatan Fauzan dalam bermain sepak bola, tidak semata-mata didapatkan secara instan. Dirinya harus melewati pelatihan yang berat, gagal dalam berbagai seleksi, jauh dari keluarga, bahkan mengalami berbagai kekalahan ketika bertanding. Namun dirinya yakin jika semua itu adalah bagian dari proses perjuangan hingga dirinya bisa membuktikan hasil yang baik kepada semua orang. “Semua itu bagian proses dari perjuangan biar kita lebih baik lagi dari sebelumnya, dan bisa menunjukkan dan memberikan yang terbaik untuk tim, keluarga dan semuanya,” ujar Fauzan.

Fauzan telah membuktikan kehebatannya dalam sepak bola dengan berbagai prestasi yang telah dia dapatkan sampai dengan saat ini. Dimulai dari mengikuti Kejuaraan Internasional Singa Cup sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 2014 dan tahun 2017, mendapatkan predikat pemain terbaik sebagai Man of The Match di ajang Liga Topscore pada tahun 2017, hingga dipanggil untuk mengikuti seleksi tim nasional Indonesia U-16 pada tahun 2017. Sayangnya, dirinya belum bisa lolos dalam seleksi tersebut. Meskipun belum bisa menembusnya, tidak mematahkan semangat Fauzan untuk mencapai impiannya.

Memiliki berbagai prestasi luar biasa dalam olahraga sepak bola bukanlah didapatkan secara mudah. Sebelum bisa mengikuti pelatihan di Turki, Fauzan sempat mengalami cedera hingga membuatnya vakum dari dunia sepak bola. Namun, cedera tidak menghalangi Fauzan untuk menambah prestasi lagi dalam hidupnya. Menjalani masa vakum selama kurang lebih 2 tahun, dirinya lebih memilih untuk terjun ke bidang olahraga atletik di beberapa nomor, mulai dari lompat jauh, lompat tinggi, hingga lompat jangkit. Fauzan merasa bahwa dirinya harus menjaga kondisi mental dan fisik serta mengisi kekosongan selama masa vakum dari dunia olahraga sepak bola.

Setelah melewati proses yang panjang, akhirnya kini Fauzan memantapkan diri untuk memilih sepak bola dan bisa melenggang jauh bermain sepak bola di negara Turki sebagai pemain center back (bek tengah). Di negara yang terletak di dua benua itu, Fauzan memiliki banyak pengalaman menarik yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya. Meskipun mengalami kesulitan di awal kedatangannya, dirinya bisa melakukan penyesuaian dengan baik berkat teman-teman sesama Indonesia dan mulai menikmati keindahan negara Turki.

Pandemi Covid-19 menjadi salah satu kendala utama selama menjalankan pelatihan di Turki. Seharusnya liga U-19 sudah mulai dilaksanakan setiap akhir pekan, tetapi karena kebijakan pemerintah Turki yang mengharuskan lockdown di setiap akhir pekan, membuat turnamen tersebut gagal untuk digelar.

Selain latihan sepak bola di lapangan, Fauzan senang mengisi waktu kosongnya dengan melakukan workout di rumah selama akhir pekan. Dirinya memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk selalu menjaga stamina dan kondisi tubuh meskipun tidak ada jadwal latihan. Selain itu, dirinya juga gemar memainkan alat musik bersama dengan teman-temannya dari Indonesia. Waktu kosong di hari-hari biasa juga dimanfaatkan oleh Fauzan untuk menikmati suasana negara Timur Tengah itu.

Selagi menjalankan pelatihan di Turki, rasa rindu akan kampung halaman serta sosok kedua orang tua pastinya dirasakan oleh Fauzan. Dia merasa jika harus selalu berjuang secara maksimal dan memberikan hasil yang terbaik selama di Turki, hingga mampu menjadi anak yang bisa dibanggakan oleh bunda dan ayah. “Fauzan lihat perjuangan kedua orang tua, memacu Fauzan untuk maksimal di sini, seenggaknya Fauzan bisa buat bangga, jadi orang tua bangga punya anak seperti Fauzan,” ujar Fauzan.

Bagi Fauzan pendidikan tetaplah nomor satu, hal tersebut dibuktikannya dengan mengutamakan pendidikan sembari merintis karier sepak bola. Sebelum memilih UPI sebagai

kampusnya yang sekarang, Fauzan memiliki keinginan untuk mengemban ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta. Namun, karena Fauzan ingin selalu dekat dengan keluarganya Fauzan lebih memilih UPI dalam membuka peluang bagi dirinya menggapai kesuksesan di sepak bola.

Selama menjalankan perkuliahan sekaligus melakukan pelatihan di Turki, ada beberapa kesulitan yang dihadapi Fauzan terutama pada perbedaan waktu. Waktu di Indonesia lebih cepat 4 jam dibandingkan dengan Turki, sehingga ketika ada perkuliahan sekitar jam 7 pagi maka Fauzan harus sudah siap dari jam 3 pagi di Turki. Selain itu, Fauzan juga memanfaatkan tugas perkuliahan untuk mengisi kekosongan ketika tidak ada jadwal latihan di lapangan. Fauzan mengaku jika dirinya suka mengerjakan tugas kuliah lebih awal dari batas waktu pengumpulan.

Meskipun sempat gagal dalam melakukan seleksi tim nasional Indonesia sebelumnya, Fauzan berencana untuk mengikuti seleksi tim nasional U-22 pada Sea Games nanti. Dia juga berharap kelak dirinya bisa menggapai cita-cita sebagai pelatih profesional dan membanggakan kedua orang tuanya. Fauzan mengaku akan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik ketika menjadi seorang pesepak bola dan juga sebagai seorang mahasiswa seperti Yanto Basna, seorang pemain sepak bola asal Papua. Dia berpesan jangan pernah menyerah dalam menggapai cita-cita dan selalu mengingat kedua orang tua dalam menjalani prosesnya. “Ingatlah wajah ibu dan ayahmu ketika kamu ingin menyerah,” pungkas Fauzan (Penulis : Indira Kirani Putri)

BIODATA DIRI

Nama Lengkap Tempat, Tanggal Lahir Asal Daerah
Riwayat Pendidikan :

: Muhammad Fauzan Maulana Putra Dino : Cirebon, 22 Mei 2002
: Jawa Barat

  1. Lulus SD di SDN Cibiru 07 Bandung pada tahun 2014
  2. Lulus SMP di SMPN 46 Bandung pada tahun 2017
  3. Lulus SMA di SMAN 25 Bandung pada tahun 2020
  4. Menjadi Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2020

Prestasi yang pernah diraih :

● Cabang Olahraga Sepak bola :

  1. Juara 3 Kejuaraan Internasional Singa Cup tahun 2014
  2. Juara 3 Kejuaraan Internasional tahun 2017
  3. Man Of The Match liga Topskor tahun 2017
  4. Terpanggil seleksi tingkat nasional Timnas U-16 tahun 2017
  5. Terpilih untuk mengikuti Pelatihan di salah satu Club Sepakbola di Turki pada tahun2021

● Cabang Olahraga Atletik : a. Tingkat Provinsi :

  1. Juara 3 Lompat Jauh Kejuaraan Atletik Kejurda Jawa Barat 2018
  2. Juara 2 Lompat Jauh Kejuaraan Atletik Kejurda Jawa Barat 2019
  3. Juara 2 Lompat Tinggi Kejuaraan Atletik Kejurda Jawa Barat 2019
  4. Juara 3 Lompat Jangkit Kejuaraan Atletik Kejurda Jawa Barat 2019
  5. Juara 3 Lompat Jauh Kejuaraan Atletik O2SN Jawa Barat 2019

b. Tingkat Nasional :

  1. Peringkat 4 Lompat Jauh Kejurnas Atletik 2019
  2. Juara 2 Lompat Jauh Kejurnas Atletik Jakarta Open 2019